Selasa, 18 November 2014

cerpen "Ku titip nyawaku untukmu"



Ku Titip Nyawaku Untukmu

            “ Hem’z.... Fira pasti senag mendengar cerita ini” gumamku dalam hati senbari tersenyum dengan langkah pelan namun pasti, selembar kertas putih  yang ku pegang sengaja tidak ku masukkan kedalam tas ranselku, karna aku berniat mau mengantarkannya kerumah sahabtku Maghfirotul Inayah yang akrap disapa fira oleh teman-teman. Siang itu sepulang sekolah aku sengaja mau mampir kerumahnya yang saat itu tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
            Bayang-bayang kebahagiaan fira tiba-tiba muncul dihadapanku, senyum cerianya yang biasa menemaniku terganbar jelas di mataku. Luapan puji syukur selalu terlontar indah dihatiku setiap kali ku baca surat keterangan Beasiswa yang ku peroleh dari sekolahku. Disepanjang jalan yang berjejer pohon-pohon rindang yang siap menaungiku dari raja siang yang terik  ku lantunkan bait-bait Sholawat dengan penuh kekhusyu’an sebagai rasa syukurku, sehingga tak terasa pintu rumah fira sudah didepan mata.
            Kulihat fira sedang duduk santai dengan sebuah buku yang sedang dibacanya, sembari mempercepat langkahku, ku ucapkan salam penuh semngat.
            “ assalamu’alaikum” sapaku pada fira dengan sedikit senyum.
            “ wa alaikum salam” jawabnya sembari meletakkan buku yang sedari tadi dibacanya.
            “ duduk dulu sef” pintanya seraya beranjak masuk kedalam untuk mengambil air dingin untukku. Dengan segera ku duduk di sebuah kursi di depan rumah fira, kulihat raut wajah yang tak biasa dari sahabtku itu, wajahnya pucat dan terlihat sangat lemas. Keceriaan yang biasanya di hidangkan saat saat ku bertamu kerumahnya kini tak dapat ku nikmati. Bagai di suguhi sepiring empedu kala ku tatap wajah dan sikapnya yang sangat tak biasa, dingin dan sangat tertutup sehingga ku tak berani bertanya dan bahkan aku sangat takut untuk bercanda denagnnya.
            “ Fir ada titipan dari pak usman buat kamu” ujarku sembari menyodorkan selembar kertas putih yang ku ambil dari saku bajuku, dan dengan segera fira meraihnya dari tanganku dan dengan pelan membukanya. Melihat raut wajah fira yang tak pasti membuat jantungku berdebar kencang, dengan sedikit senyum ku tanya pada fira prihal isi surat itu.
            “ isinya apaan fir?” tanyaku penasaran
              kamu baca saja sendiri” jawabnya dengan sangat ketus sembari melempar surat itu padaku. Tiba-tiba semua kebahagiaanku lenyap,harapanku melihat tawa ceria fira berubah air mata, dan semangatku lenyap seketika saat ku baca surat keterangan dari pak usman untuk sahabatku fira.
            “ setelah menimbang  dan memperhatikan sikap dan prilaku juga keaktifan dari saudari Maghfirotul Inayah beberapa bulan terakhir ini kami pihak sekolah akan mencabut semua Beasiswa yang telah kami berikan pada saudari”  begitulah sebagian dari isi surat itu, yang seketika melenyapkan semua semangat, kebahagiaan, dan senyumku.
            “ buat apa kertas in,i buat apa semua kebahagiaan ini dan buat apa semua ini aku miliki kalau aku harus melihat sahabatku hancur” gumamku dalam hati denagn derai air mata. Ku tatap lekat wajah fira  sahabatku yang sedari tadi membisu dengan seribu bahasa yang tak bisa ku mengerti, ingin rasanya aku memeluknya, “tapi apakah dia akan mau kalau dia tau ternyata Beasiswanya di kasih ke aku, apa aku tega menghancurkan perasaannya yang sudah hancur? Rasanya aku tak sanggup melihatnya” lanjutku tak habis fikir dengan apa yang terjadi. Ku terus terdiam dengan selembar kertas yang tetap ku pegang.
«««
            Pagi hadir dengan bingkai merah yang indah diufuk timur, dengan bercak embun yang bergantung indah di dedaunan juga sapaan angin pagi dengn udarab yang segar yang dingin menyentuh tubuhku. Dengan berseragam rapi dongker dan putih ku sudah siap berperang melawan rasa malas, siap bersaing dengan dengan sejumlah teman-temanku untuk memperoleh secercah ilmu Allah melalui guru-guruku. Kulihat Malaikat mongilku masih belum datang, bangku yang biasa didudukinya bersamaku masih tersusun rapi dengan sebuah nama “ MAGHFIROTUL INAYAH” dan disampingnya tertera namaku “SEFTIANA LESTARI” dengan menghembus nafas panjang segera ku duduk dan ku tatap lekat kursi disampingku.
            Teringat semua kebahagiaan yang selama ini ku rasakan bersamanya, terganmbar indah di memoriku senyum ceria dan tawa bahagianya saat pertama kali mendapat Beasiswa saat kelas satu dulu, dan teringat semangtnya belajar. Tapi semua itu tak bisa ku laihat lagi semenjak Beasiswanya dicabut.
            Bulir-bulir mutiara bening mengalir dari kelopak mataku membasahi gelembung pipiku yang terbalut hijab putih. Dengan segera ku usap sisa-sisa mutiara bening itu saat ku lihat teman-temanku masuk berbondng-bondong dari pintu kelas. Namun tak terlihat fira sahabatku.
            “ kemana fiara, kenapa dia tidak masuk lagi? Tanyaku dalam hati saat melihat tak ada fira di natara teman-temanku yang lain
            “ Tuhan kemana sahabatku fira? Ujarku dalam hati. Gelisah, khawatir dan takut tiba-tiba hadir dalam perasaanku ketika ku teringat akan keadaan terakhir fira saat itu.

«««
            Malam menyapa dengan gemerlap bintang yang sangat indah dengan satu rembulan yang terang menyinari jagad raya. Di malam yang indah itu aku teringat akan sahabatku fira yang entah gimana kabarnya. Dalam sendiriku ku tulis bait-bait puisi untuknya.
Senyummu  adalah tawaku
Sedihmu adalah tangisku
Keluhanmu adalah sakitku
Dan kepergianmu bukanlah harapanku
Matahari tak pernah lelah menyinari bumi
Sampai malam datang menghampirinya
Dan bvintang tak pernah meninggalkan langit
Walau ada bulan yang lebih indah dan lebih mampu meneranginya
“puisi ini untukmu fir” gumamku dalam hati sembari terlelap menemani indahnya malam.
“ sef mukenah ini untuk kamu supaya kamu selalu ingat aku dalam setiap do’a-do’amu dan supaya kamu tak pernah lupa sama aku seperti kamu tak pernah lupa akan Tuhanmu” ujarnya dengan tersenyum sembari memberi sebuah mokenah berwarna biru kesukaanku.
“ dan aku juga punya setangkai bunga mawar merah buat kamu supaya kamu bisa seperti bunga mawar ini, terlihat indah, anggun dan harum tapi tak mudah orang untuk memetiknya karna ada duri yang melindunginya” lanjutnya sembari memberi setangkai bunga mawar untukku
” aku ingin kamu jadi orang baik yang berhias ilmu dan akhlaq yang baik sehingga tak mudah bagi lelaki yang mau menggodamu karna ada iman yang kuat dalam hati kamu seperti mawar itu” ujarnya seraya tersenyum indah. Namun senyum indah fira tiba-tiba hilang saat guyuran air mendarat di wajahku.
“Astaghfirullahal Adzim” ujarku seraya mengelap air yang membasahi wajahku karna di siram sama mama
“mama....kok di siram sihh?” tanyaku menggerutkan dahi
“ gak lihat jam berapa sekarang” tanya mamaku sambil menunjukkan jam beker di sebelah tempat tidurku
“ Astghfirullah..” ujarku ketika kulihat angka 03:00 di jam itu dan segera ku berdiri untuk mengmbil air wudhu’, namu belum selangkah ku beranjak ku teringat akan peristiwa pertemuanku dengan fira  yang baru ku alami, mimpi tapi seperti sangat nyata. Terbesit dalam anganku untuk mengunjungi rumah fira esok hari.
“ apakah dia masih mau menerimaku setelah kejadian kemarin saat Beasiswanya di cabut dan di kasih ke aku? Rasanya aku tidak sanggup kalau harus menerima respon dingin darinya kalau aku datang kerumahnya” gumamku dalam sela-sela do’aku setelah sholat tahajjud.
Ingatanku tentang fira semakin menjadi-jadi. Kabarnya yang tak pasti membuatku semakin takut, takut kehilangannya, kehilangan sahabat yang selama ini menemani hidupku. Tanpa kurasa bulir-bulir kristal bening itu kembali mengalir tanpa di undang.
“ sefti......ada telfon dari fira” panggil mama yang seketika membuatku terkejut namun terlintas sepercik kebahagiaan menghampiriku saat ku dengar mama menyebut nama fira, segera ku menghampiri mama dan ku ambil telpon dari tangan mama.
“ aku mohon ma biarkan aku bicara sama sefti,kali ini aja aku Cuma ingin pamitan sama dia dan aku mau bilang kalau.
“ dut....dut...dut” tiba-tiba telpon itu terputus sebelum aku sempat ngobrol dengan fira, tapi percakapan fira dengan mamanya membuatku bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan fira?. Segera ku buka mukenah yang ku kenakan dan berlari menuju kamar untuk ganti baju yang kemudian aku pergi ke rumah fira tanpa sepengetahuan mama.
“ Assalamu’alaikum..” ujarku setelah beberapa kali mengetok pintu rumah fira namun tak ada jawaban, tak ada satu orangpun dirumah itu. Hanya ada seekor kucing cantik pliharaan fira yang masih tertidur nyenyak diatas kursi tempat biasa fira membaca buku. Dan betapa aku dikejutkan dengan sebuah surat di atas meja yang tertulis jelas namaku.

“ untukmu sahabatku Seftiana Lestari yang ku rindukan”
Maaf sef saat baca surat ini mungkin aku sudah ada di jalan menuju suatu Negara yang akan menjadi tempat tinggal baruku. Aku kesana karna papaku ada pekerjaan dan kemungkinan aku akan menetap disana. Tapi kamu jangan khawatir kamu akan tetap jadi sahabatku, karna jarak dan waktu gak akan pernah bisa mengakhiri persahabatankita selamanya. Aku akan kembali untuk kamu sef.

“Sahabtmu, Maghfirotul Inayah
            seketika air mataku mengalir mendapati kenyataan pahit di tinggal oleh sahabat yang sangat aku rindukan selama ini.
            “ kenapa kamu ninggalin aku fir? kenapa? apa aku emang udah gak ada artinya buat kamu sampai-sampai untuk pamit secara langsungpun kamu tak bisa” ujarku dalam sela isak tangisku karna sedih di tinggal sahabatku. Surat yang sedari tadi ku pegang telah basah dengan air mataku yang sedari tadi mengalir tanpa henti
“sebenci itukah kamu sama aku?, sedendam itukah kamu, sampai kamu tinggalin aku, dengan semua kenangan indah kita, aku sakit fir ditinggalin kamu” ujarku sambil terus menangis
«««
Hari begitu cepat berlalu tak terasa sudah 8 tahun kisah persahabatanku dengan fira terhalang oleh jarak dan waktu, namun semuanya masih terbungkus rapi dengan semua kenangan yang masih tersisa. Malam yang indah dengan langit biru dan beberapa gumpalan awan putih dan taburan bintang – bintang kecil hadir menghiasi hidupku tanpa orang tua, tanpa sahabat dan tanpa orang – orang yang menyayangiku
“aku kangen masa – masa kecilku dulu, disaat masih ada mama, papa dan fira sahabatku” ujarku seraya menatap langit. Orang tuaku yang beberapa tahun lalu pindah keluar negri meninggalkan aku dengan seorang pembantu, yang menemani hari – hariku dan menyiapkan segala keperluanku setiap hari. Hidup sendiri tanpa orang tua dan sahabat sangat menyiksaku, aku selalu kesepian dan aku selalu sendiri
“aku kangen kalian” tiba – tiba tubuhku terasa sangat lemas, kepalaku pusing dan pandanganku sudah mulai kabur, ku coba untuk berdiri, namun tiba – tiba.
“brucccck................” semuanya gelap gulita tanpa cahaya, aku berada di alam bawah sadar, dan betapa aku sangat terkejut ketika aku tersadar aku berada disebuah kamar rumah sakit
“au...... astaghfirullahaladzim” desahku saat ku coba bergerak dan ada rasa sakit yang sangat mencekam dibagian paha dan pinggangku
“aku kenapa bi’, ko’ rasanya sakit banget” tanyaku pada bi’ maryam seorang pembantuku
“non sefti baru saja diopersai oleh dokter karena sakit ginjal non sefti yang sudah terlalu parah dan butuh pertolongan cepat” jalas bi’ maryam membuatku tak mengerti, aku yang selama ini tak merasakan gejala apa – apa, bingung dan tak percayaakan  apa yang menimpaku
“diopersi bi’?” tanyaku
“apa mama sama papa tau kalau aku di rumah sakit” lanjutku
“iya non, sudahlah non sefti istrahat saja biar cepat sembuh” ujar bi’ maryam padaku yang kemudian pergi meninggalkanku
Selang beberapa waktu dokter harun yang menangni aku, datang dengan seorang perempuan cantik seusiaku yang duduk di kursi roda dan menatap iba padaku tanpa sepatah katapun
“selamat siang sefti, bagai mana keadaan kamu sekarang” tanya dokter sembari memeriksa kondisiku
“masih lemas dok, tapi alhamdulillah sudah mendingan” jawabku dengan suara lemas
“oke kalau begitu, saya akan suntik penghilang rasa sakit, agar kamu bisa istirahat dengan tenang” ujar dokter sembari menyuntikkan obat tidur kepadaku yang selang beberapa saat mataku tak kuat menahan rasa ngantuk, dan akhirnya ku tertidur dengan lelap
Aku terlalu lelap sehingga tak terasa malam datang menghampiri pada setiap insan penghuni bumi, termasuk aku yang sedari tadi terlelap setelah di suntik oleh dokter. Ku buka pelan mataku dan kulihat mama dan papaku, berdiri disampingku denagan raut wajah yang sepintas terlihat panik dan khawatir. Segera kusambut mereka dengan senyuman dan kuraih tangan keduanya yang kemudian kucium dengan penuh kerinduan.
“ sayang...bagaimana keadaan kamu sekarang?” tanya mama denagan khawtir sembari memelukku dengan penuh kerinduan.
“ aku gak apa-apa kok ma” jawabku
“ kenapa kamu gak pernah bilang ke mama nak kalau selama ini kamu sakit” tanya mama masih dengan nada panik
“ aku gak apa-apa ma, buktinya sekarang aku sehat dan bisa memeluk mama” jawabku dengan senyum yang tak terlihat oleh mama. Dengan ssegera ku lepas pelukaknku dari mama saat kulihat ada dokter yang datang dari pintu kamar yang masuk bersama seorang suster yang mendampinginya.
“ selamat m,alam pak, bu” sapa dokter pada orang tuaku yang disambut dengan uluran tangan oleh papa dan mamaku.
“ bagaimana dengan keadaan anak saya dok?” tanya papakunmencari kejelasan
“ Alhamdulillah keadaan sefti suda membaik pak, beruntung ada orang baik yamg mau mendonorkan ginjalnya untuk anak bapak?” jelas dokter yang seketika bejalan kesampingku dan memeriksa kondisi tubuhku
“ sipa orang itu dok?” tanyaku penasaran
“ siapapun orang itu  yang jelas dia tak pernah ingin melihat kamu sakit dan orang itu tak meninggalkan identitasnya dirumah sakit ini” jelas dokter.
“ dan orang itu terlalu dekat dengan kamu, sehingga tak perlu kiranya untuk saya jelaskan” lanjut dokter semakin membuatku penasaran
“ Subhanallah......baik sekali orang itu” gumamku dalam hati
Aku termenung dengan beribu tanda tanya, kulihat orang tuaku berbincang serius dengan dokter sembari keluar ruangan.lEntah apa yang mereka perbincangkan yang jelas kini aku masih bertanya tentang siapa ornag yang mendonorkan ginjalnya untukku. Dalam renunganku terlintas wajah perempuan yang tempo hari menjengukku bersama dokter harun yang tiba-tiba membuatku teringat akan sikecil fira sahabatku
“ kemana dia, bagaimana keadaannya sekarang,masihkah dia ingat sama aku? Gumamku dalam hati sembari memejamkan mata dengan kedadaan tubuh yang masih sangat lemas.
Letika mataku mulai terpejam aku merasa ada orang yang datang, kucoba membuka mata dan ku lihat wanita itu, wajahnya cantik dengan baju putih yang dibalut dengan hijab kuning yang membuatnya semakin terlihat cantik. Perempuan itu duduk di sampingku dan menatap lekat wajahku yang masih lemas. Ku lihat, ku lihat dia mulai meneteskan air mata. Seraya memegang erat tanganku dia memelukku dengan penuh kerinduan.
“ Sefti...aku kangen bangtet sama kamu” ujarnya ketika memelukku, sementara aku masih terdiam tanpa kata.
“ maafin aku yang selama ini gak ada di samping kamu selama ini, sampai-sampai kamu sakitpun aku tidak ada buat kamu” lanjutnya seakan merasa bersalah membuatku semakin tak mengerti. Aku tak bisa berkata apa-apa melihat prilakunya yang tak bisa ku mengerti, pengen rasanya aku bertanya namun aku tak tak bisa, aku hanya bisa menatap wajah itu dengan seribu tanda tanya.
Orang tuaku yang masih keruangan dokter beberapa saat datang bersama dokter harun dan dua orang setengah baya yang wajahnya tak asing bagiku. Orang itu tak lain adalah tante Mia dam om jodi orang tua fira sahabatku.
“ om...tante kalian kapan pulang?” tanyaku senbari meraih tangan mereka dan dengan segera kucium tangan keduanya
“ fira mana tante, kok gak ikut kalian kesini” tanyaku lagi, namu orang tua fira tak menggubris pertanyaanku, malah mereka melangkah mendekati perempuan yang duduk di sampingku yang sedari tadi bediam diri tanpa sepatah katapun.
“ sefti....apa kamu tidak mengenali perempuan di depan kamu ini?” tanya tante mia membuatku bingung
Ku tatap lekat wajah perempuan itu, ku merasa ada sesuatu yang tak asing bagiku saat perempuan itu tersenyum ketika menatapku
“ fira kaukah itu? Tanyaku lirih
“ iya sef...” jawabnya dengan air mata haru dan bahagia yang terlihat jelas di wajahnya,. Bahagia, bahagia dan bahagia itulah yang aku rasakan saat melihat sosok yang selama ini aku harapkan kini berada dihadapanku. Aku tidak tau harus dengan apa aku menggambarkan bahagiaku ini.
“ kau sekarang sudah jadi dokter fir?” tanyaku seraya melepas pelukanku saat kulihat fira yang mengenakan seragam kedokteran yang melekat di tubuh fira. Fira menganggukkan keoala dan kembali meraih tanganku yang kemudian memeluk kembali tubuhku dengan erat dan penuh rasa rindu.
“ kemana saja kau selama ini fir?, aku kangen banget sama kamu, aku sangat kesepian tanpa kamu”
“ maafkan aku ya sef” jawabnya lirih, aku tesenyum tanpa peduli dengan  masa lalu saat aku ditinggalkan olehnya, yang kurasakan saat ini hanyalah bahagia yang tak tergambarkan oleh apapun         
“ aku senang kau kembali fir, tapi apa yang terjadi sama kamu fir, kok kamu duduk di kursi roda seperti ini? Tanyaku heran, fira kenundukkaan kepala sejenak dan kemudian menatapku kembali denagn tatapan penuh rasa iba
“ aku...” ujarnya dengan suara parau yang kemudian dia menangis sejadi-jadinya membuatku heran dan tak mengerti
“ maafkan aku sef yang egois ninggalin kamu waktu itu Cuma gara-gara hal sepele yang waktu itu terjadi diantara kita, tp bukan itu alasanku sef?” ujarnya dalam sela tangisannya
“ maksud kamu apa fir “ tanyaku sembari maraih tangan fir namun fira hanya terdiam dengan tangisnya. Mama dan papa juga orang tua fira keluar meninggalkan kami berdua untuk bertemu dokter. Dan setelah beberapa menit mereka datang dengan seorang dokter yang tak lain adalah dokter harun
“ ini ada apa dok, kok semuanya bersikap aneh seperti ini?” tanyaku heran
“ berterima kasihlah kamu sama Allah karna telah mengirimkan sahabat seperti fira?” ujar dokter padaku
“ maksud dokter?” tanyaku tak mengerti, semuanya terdiam tanpa sepatah katapun. Kulihat fira masih tetap dengan tangisannya
“ aku tau sef apa yang aku lakukan akan nyakitun kamu, tapi aku tidak mau sef, kamu ngerasain apa yanga aku rasakan” jelasnya setelah babarapa waktu terdiam
“ aku sengaja meminta dokter merahasiaka hal ini pada kamu, bahkan pada orang tua kita” lanjutnya sembari menyembunyikan wajah
“ maksud kamu apa fir?” tanyaku penuh tanda tanya
“ aku tau ini berat buat kamu, tapi aku ikhlas sef” ujarnya dengan suara yang semakin terdengar parau karna terlalu lama menangis
“ aku ikhlas memberikan satu ginjalku buat kamu, supaya aku bisa hidup lebih lama bersama kamu, karna aku mau menebus kesalahanku sama kamu dulu” lanjutnya setelah beberapa saat terdiam yang sepontan membuatku terkejut. Sementara aku terus mematung tanpa sepatah katapun, hanya tetesan air mata yang kurasakan mengalir membasahi tiap sudut pipiku.
“ kenapa kau lakukan itu fir?” tanyaku dalam hati
Tangis haru pecah saat mendengar pengakuan fira yang mendonorkan ginjalnya untukku tanpa ada seoarangpun yang tau. Terlihat orang tua fira memeluknya dengan penuh rasa bangga. Beberapa kali fira dicium oleh tante mia jaga oleh mamaku dan setelah beberapa saat fira membalikkan arah menatap wajahku yang masih terdiam dengan derai air mata yang masih mengalir deras dipipiku. Segera kupeluk fira dengan penuh rasa terima kasih walau sebenarnya aku tak bisa terima dengan apa yang dilakukan fira padaku. Aku merasa pengorbanan fira terlalu besar untukku. Tapi semuanya adalah keputusan yang suadah fira pilih dan aku harus terima walau berat.
«««

Hari berlalu begitu indah bersama sahabat yang kini telah kembali manjalani hidup bersamaku, walau kini kehidupan fira tak lagi sempurna seperti dulu karna ginjal yang tak lagi utuh. Ungkapan rasa syukur tak henti-hentinya ku ucapkan sama Allah yang telah mengembalikan sahabatku fira. Yang meleluinya Allah telah menyelamatkan hidupku, sehingga aku masih bisa menghirup udara segar dan melihat indahnya alam semesta dengan bahagia
Tergambar jelas kebahagiaan di wajah fira saat bersama-sama mengingat masa-masa bersamaku dulu.namun tak lama bahagia itu kurasakan bersana fira. Semuanya lenyap seketika karna fira yang tuiba-tiba pingsan dan sepontan membuatku terkejut. Tanpa fikir panjang segera ku telpon Ambulance dari sebuah rumah sakit yang tak jelang beberapa menit datang dan segera membawa fira kerumahang sakit. Sesampainya dirumah sakit Kulihat or ang tua fira sudah berada disana dengan wajah yang terlihat sangat panik dan khawatir. Terlihat juga papa dan mamaku yang ikut serta mendampingi orang tua fira. Entah siapa yang memberi tau mereka. Yang pasti semua membuat aku tak mengerti. Tak mengerti dengan apa yang terjadi pada sahabatku.
“ mungkinkah karna ginjalnya yang hanya tinggal satu, makanya fira sakit seperti ini?” tanyaku dalam hati dan tiba-tiba dokter keluar dari ruang tempat fira di rawat yang kemudian keluarga fira juga orang tuaku dan tak terkecuali aku serentak menghampiri dokter itu
“ silahkan masuk, saudari meminta kalian semua menemuinya” pinta dokter pada kami, dan dengan segera kami semua masuk, kulihat fira tersenyum  seraya menatap satu persatu dari kami yang ada di dekatnya dengan tatapan yang penuh arti namun tak dapat ditafsrkan
“ sefti...jaga diri kamu baik-baik ya, maaf aku tidak bisa lebih lama menemani kamu” ujarnya sangat lirih. Aku terus berada di sampingnya, menemaninya dan terus memegang erat tangannya yang dingin.terlihat darah mengalir dari hidung fira yang dengan segera fira mengusapnya dan kemudian meletakkannya di tanganku yang sedang memeganginya
“ fira...” ujarku saat melihat darah yang semakin lama semakin deras mengalir dari hidung fira
“ kamu harus terus semangat sef, walau darah ini tak lagi mengalir di tubuhku. Aku ingin kamu tetap semangat dengan senyum terindah yang kamu miliki, kamu ngak boleh lemah melawan derasnya arus kehidupan yang penuh dengan tantangan dan rintangan ini”  ujar fira dengan senyum manis yang tak pernah aku lihat, dan dengan pelan fira memejamkan mata indahnya. Kulihat fira menghembuskan nafas terahkirnya tepat didepan mataku akibat penyakit kanker yang dideritanya selama kurang lebih 8 tahun yang lalu.
“Dua minggu lalu firav tiba-tiba minta pulang dari singapura karna meras ada firasat buruk tentang kamu katanya” ujar tante mia dengan tatpan kosong kedepan beberapa waktu setelah penguburan jasa fira
“ dan kemaren sebelum non sefti sakit, non fira sempat telpon dan menanyakan kabar non sefti. Tapi dia meminta bibi untuk merahasiakan kepulangannya” ujar bi maryam senbari menarik nafas panjang
“ bahkan bibi juga tau kalau non firalah yang mendonorkan ginjalnya pada non sefti, tapi non fira tak pernah ingin tau kalau dia yang mendonorkan ginjalnya buat non, makanya dia meminta bibi juga dokter merahasiakan hal ini” lanjut bi maryam
“ fira Cuma ingin kamu sehat dan terus hidup dengan satu ginjalnya ditubuh kamu” lanjut tante membuat tangisku semakin tak dapat dibendung. Dan dengan tubuh yang nasih lemas aku tak mampu berbuat apa-apa karna masih shok dan tak percaya akan kepergian sahabat yang sangat aku kasihi. Aku hanya bisa menangis mengingat kisahku dengan fira jaga pengorbanannya yang sangat tak aku duga
Aku sangat shok menerima kenyataan itu, aku tak dapat berkata apa-apa saat tante mia bercerita semua tentang fira selama delapan tahun tidak bersamaku. Kini aku taukenapa waktu fira tiba-tiba berubah sama aku, bukan karna beasiswanya yang dicabut tapi karna fira tak pernah ingin aku tau tentang penyakit kanker yang bersarang ditubuhnya waktu itu. Dan yang lebih menyakitkan setelah aku tau ternyata beasiswa yang waktu itu buat aku adalah milik fira yang sengaja fira kasih sama aku tanpa sepengetahuanku. Tak tersa kristal bening itu tiba-tiba mengalir membasahi gelembung pipiku yang terbalut hijab warna biru yang kini telah basah dengan air mata. Kebahagiaan yang beberpa bulan lalu aku rasakan setelah kembalinya fira kini telah pudar bersama air mata duka yang mengiringi bkepergiannya.
“ sefti, kau adalah semangat fira seslama ini, kan kau adalah teman melawan penyakit yang selama ini di deritanya” ujar tante mia sembari memelukku
“ kau yang sabar, jangan lagi fikirkan fira, biarkan fira tenang disisiNya” lanjut om jodi sembari menatapku dengan iba. Kini fira telah tiada untuk selama-lamanya. Ku coba menerima kenyataan pahit ini dengan sabar dan terus tersenyum seperti yang diharapkan fira
“ jika air mata ini tak lagi mengalir karna merindukanmu
ku ingin kau tau bahwa Qlbu ini selalu mengharapkan kehadiranmu
dan jika mata ini tak lagi bisa melihatmu
kau harus tau aku selalu berharap kau bisa mengenangku
ku titipkan nyawaku untukkmu, untuk terus hidup
dengan senyum indah dan juga semangatmu
dan kau harus tau hidupmu adalah bahagiaku”
tak adayang bisa aku lakukan selain menangis saat membaca surat terakhir untukku, semuanya seakan direncanakan kalau fira akan pergi untuk selama dariku
“janjiku adalah menjagamu
berikrara bersama hembusan nafas terakhirmu
adalah bukti setiaku kepadamu
untuk terus mengenangmu
dan membingkai indah kenanganmu dalam Qolbu
bersama derai air mata karna ditinggalmu”
begitulah bait puisi terakhirku untuk nyawaku yang telah hilang Maghfirotul Inayah




                                                                                  by: yumna cube’
                                             

Selasa, 26 Agustus 2014

GALERI SMK KELAS XII 2014


Cool Blue Outer Glow Pointer

Kebersamaan kita merupakan kehidupan yang penuh keindahan, kala diam kala suka kala canda, semua itu merupakan kenangan terindah ini yang menjadi kenangan diantara kita selama kita bersama selamat membaca.





Identitas siswa

1. 
Nama        :Ach. Wahyudi
Alamat      :Tlambah
Tetala        :Sampang, 16 Juli 1997
Hobby        :Membaca

2.
Nama           : Iir Creamuet
Alamat         : Podek

Senin, 25 Agustus 2014

Tentang Ach. Wahyu

Butterfly Images

video koleksi Wahyu - Quotes - Photobucket

Valentine's Day Pumping Heart
Nama
: Ach. Wahyudi
Nama Pena
: Wahyu Pandai
Tetala
: sampang, 16 juli 1997
Alamat
: tlambah
No. Hp
: 087750395415
Zodiac
: -
Gol. Darah
: o
Facebook
: wahyu pandai
Em@il
: wahyupandai@yahoo.com / wahyupandai115@gmail.com
Wechat ID
: wahyu_isma
twetter
: @wahyupandai